
Tiwul Modern Kalau kamu bilang “tiwul itu makanan kampung”, aku sih senyum aja. Dulu aku juga mikir begitu, sampai akhirnya… satu kejadian kecil di rumah nenek di Gunung Kidul, ubah cara pandangku 180 derajat. Tiwul, yang biasanya cuma jadi culinary pengganti nasi zaman susah, sekarang malah bisa jadi dessert fancy yang bisa nyaris masuk etalase kafe kekinian.
Tapi tentu nggak langsung instan kayak mie instan ya. Ada proses panjang—mulai dari belajar dari yang autentik cookpad, gagal eksperimen berkali-kali, sampai akhirnya bisa bikin versi tiwul modern yang cantik, tapi tetap jujur sama akar rasanya.
Awalnya Tiwul Itu Cuma Nostalgia… Terus Jadi Obsesiku!
Jadi ceritanya, waktu pandemi dan semua orang jadi chef dadakan, aku pulang ke kampung. Kebetulan ada sisa gaplek (singkong kering) di rumah nenek, dan beliau ngajak bikin tiwul. Katanya buat nostalgia. Aku sih oke-oke aja, walau waktu itu ngelihat tiwul sebagai makanan yang… ya udah lah ya, kenyang doang.
Tapi setelah suapan pertama, aku langsung tersentak. Teksturnya kenyal, rasa manis alaminya beda dari gula putih biasa. Ada kedalaman rasa yang susah dijelaskan, semacam rasa “rumah” gitu. Nah, dari situ aku mulai mikir: ini kalau dipoles sedikit, bisa jadi sesuatu yang instagrammable banget nggak sih?
Tantangan Pertama: Menjaga Jiwa Tradisional, Tapi Tampil Modern
Masalah pertama pas mau bikin tiwul modern adalah… jangan sampe maksa banget buat “moderenin” sampai hilang jiwanya. Aku sempet coba tiwul warna-warni pakai pewarna makanan, tapi malah jadi kayak jajanan pasar biasa. Rasanya pun kurang ngangkat.
Akhirnya aku balik ke yang dasar: tekstur, rasa dasar, dan cara penyajian. Ternyata, yang bikin tiwul kerasa ‘kampung’ banget itu bukan karena bahannya, tapi karena penyajiannya yang gitu-gitu aja. Jadi aku mulai eksperimen: bikin versi layered tiwul dengan saus santan pandan, topping granola, sampai versi cup dessert ala tiramisu pakai keju mascarpone lokal.
Satu kata: meledak.
Resep Tiwul Modern Favoritku yang Bikin Orang Kota Ikutan Jatuh Cinta
Nah ini dia andalan aku waktu bikin acara kumpul keluarga kemarin:
Bahan:
- 200 gr tiwul instan (atau bisa bikin sendiri dari gaplek fermentasi)
- 300 ml air panas
- 100 ml santan kental
- 1 sdm gula aren cair
- ½ sdt garam
- Topping: keju parut, crumble biskuit, potongan pisang caramel, dan daun pandan mini
Cara Bikin:
- Siram tiwul instan pakai air panas, diamkan 5 menit sampai mengembang.
- Kukus tiwul sebentar aja, cukup biar hangat dan lembut.
- Campur santan, gula aren, dan garam, rebus sampai sedikit kental.
- Siapkan gelas kecil, susun: tiwul – saus santan – keju – crumble – pisang caramel.
- Tambahkan garnish daun pandan mini biar cantik dan wangi.
Tiwul modern versi ini cocok buat dessert buka puasa, isian hampers, atau sekadar hiburan sore sambil ngopi. Temen-temenku yang tadinya anti tiwul, sekarang malah nagih.
Pelajaran yang Aku Dapet dari Tiwul
Satu hal yang aku pelajari: makanan tradisional tuh bukan sekadar makanan. Dia adalah cerita, sejarah, dan identitas. Tapi bukan berarti nggak bisa berubah. Dengan sedikit keberanian dan kreativitas, kita bisa bawa makanan itu ke generasi baru, tanpa kehilangan rohnya.
Dulu aku malu cerita ke orang kota kalau suka tiwul. Sekarang? Aku bawa tiwul ke acara potluck kantor. Toppingnya cantik, disajiin di cup bening kecil. Orang-orang kira itu pudding artisan. Baru setelah mereka makan, aku kasih tahu, “itu tiwul, loh.”
Reaksi mereka priceless.
Tips Buat Kamu yang Mau Coba Bikin Tiwul Modern
- Pilih tiwul berkualitas: Kalau bisa, pakai yang dari gaplek alami tanpa pengawet. Kalau buru-buru, ada juga kok tiwul instan yang cukup oke.
- Mainkan tekstur dan lapisan: Tiwul itu kenyal, jadi kasih topping yang crunchy biar balance.
- Warna alami lebih menarik: Gunakan pandan, ubi ungu, atau bahkan matcha buat kasih variasi warna tanpa bahan kimia.
- Pakai wadah yang menarik: Gelas kaca kecil, jar, atau bahkan mangkuk batok kelapa bisa bikin tampilannya beda.
- Jangan takut keluar dari pakem: Coba tiwul dengan es krim kelapa? Why not!
Tiwul dan Potensi Bisnis yang (Ternyata) Cukup Menggiurkan
Gara-gara iseng upload foto tiwul cup ke Instagram, aku dapat DM dari temen yang nawarin jualan bareng buat hampers Lebaran. Kita cuma buka pre-order kecil-kecilan, eh ternyata langsung sold out.
Dari situ aku sadar, tiwul modern bukan cuma soal nostalgia. Dia bisa jadi produk UMKM lokal yang punya branding kuat. Kalau dibungkus cantik, punya cerita personal, dan tentu aja enak, orang bakal tertarik.
Sekarang makin banyak kafe di Jogja dan Solo yang jual tiwul parfait, atau tiwul mousse with coconut cream. Dan yang beli? Bukan cuma orang tua. Anak muda, turis asing pun ikut penasaran. That’s the power of storytelling and presentation.
Penutup: Dari Gunung Kidul ke Etalase Kafe
Tiwul modern ngajarin aku satu hal penting: kadang, yang kelihatannya sederhana itu justru yang paling berharga. Asal kita punya niat buat angkat, rawat, dan kemas dengan cinta, makanan kampung pun bisa tampil di panggung dunia.
Jadi buat kamu yang punya resep tradisional dari keluarga—jangan cuma disimpan di lemari. Coba deh sentuh sedikit, olah dengan gaya kamu, dan liat sejauh apa dia bisa pergi. Siapa tahu, dari dapur kecilmu lahir bintang kuliner baru.
Tiwul aja bisa jadi dessert hits. Masa kamu nggak bisa?
Baca Juga Artikel Ini: Semur Jengkol: Hidangan Khas yang Menggugah Selera