March 26, 2025
Kue Rangi

Kue Rangi adalah salah satu kuliner tradisional khas Betawi yang semakin sulit ditemui di tengah gemuruh modernisasi. Meskipun demikian, kue ini tetap menjadi bagian penting dari warisan kuliner Indonesia yang sarat makna sejarah dan budaya. Dengan bahan-bahan sederhana, proses pembuatan yang tradisional, dan cita rasa yang unik, Kue Rangi menawarkan pengalaman kuliner yang menggugah rasa dan kenangan akan masa lalu.

Asal Usul dan Sejarah Kue Rangi

Kue Rangi

Kue Rangi diyakini berasal dari masyarakat Betawi yang telah ada sejak zaman kolonial Belanda. Nama “Rangi” sendiri konon diambil dari cara pembuatan kue ini, di mana adonan kelapa dan tepung sagu dibakar hingga menghasilkan aroma wangi atau “merangi.” Pada masa itu, Kue menjadi salah satu jajanan yang mudah ditemui di pinggir jalan, dijual oleh para pedagang kaki lima atau di pasar-pasar tradisional.

Masyarakat Betawi menjadikan Kue Rangi sebagai camilan yang dikonsumsi sehari-hari. Selain mudah dibuat dengan bahan yang mudah didapat, kue ini juga terjangkau oleh semua kalangan. Seiring berjalannya waktu, Kue menjadi ikon kuliner Betawi yang mewakili kesederhanaan dan kebersahajaan masyarakat lokal.

Bahan-Bahan Utama Ku

e Rangi

Salah satu hal yang membuat Kue Rangi unik adalah p

enggunaan bahan-bahan tradisional yang sederhana namun menghasilkan cita rasa yang khas. Bahan utama kue ini terdiri dari tepung sagu dan kelapa parut. Tepung sagu memberikan tekstur kenyal yang menjadi ciri khas kue ini, sementara kelapa parut memberikan rasa gurih dan aroma yang nikmat. Berikut adalah bahan-bahan utama dalam pembuatan Kue Rangi:

  • Tepung sagu: Tepung ini memberikan kue tekstur kenyal yang menjadi salah satu daya tarik Kue Rangi. Sagu berasal dari pohon sagu yang banyak tumbuh di Indonesia.
  • Kelapa parut: Kelapa memberikan rasa gurih pada Kue. Kelapa parut segar yang digunakan harus diperas hingga menghasilkan santan yang lembut.
  • Gula merah: Digunakan sebagai saus pelengkap Kue Rangi. Gula merah ini dicairkan untuk menghasilkan saus yang manis dan kental.
  • Garam: Hanya sedikit digunakan untuk menyeimbangkan rasa antara gurih dan manis.

Proses Pembuatan Kue Rangi

 

Proses pembuatan Kue Rangi cukup sederhana dan tradisional. Meskipun bahan-bahannya mudah didapat, teknik pembuatannya membutuhkan keterampilan dan kesabaran agar hasilnya sempurna. Berikut adalah langkah-langkah umum dalam pembuatan Kue Rangi:

  1. Mencampur Tepung Sagu dan Kelapa
    Langkah pertama dalam pembuatan Kue Rangi adalah mencampurkan tepung sagu dengan kelapa parut dan sedikit garam. Campuran ini kemudian diaduk hingga merata sehingga kelapa dan tepung tercampur sempurna. Pada tahap ini, adonan belum terlalu basah, sehingga teksturnya agak kering.
  2. Membentuk Adonan di Cetakan
    Setelah adonan tercampur, adonan kemudian dimasukkan ke dalam cetakan khusus berbentuk persegi panjang. Cetakan ini mirip dengan cetakan kue pukis atau serabi. Adonan ditekan-tekan agar padat dan rata, memastikan bahwa hasil akhirnya akan renyah dan gurih.
  3. Memanggang di Atas TungkuProses memanggang Kue dilakukan di atas tungku kecil atau wajan khusus yang dipanaskan dengan api sedang. Tungku ini biasanya menggunakan arang sebagai bahan bakar, yang memberikan aroma khas pada kue ini. Adonan dipanggang hingga matang, ditandai dengan tekstur renyah di bagian luar dan sedikit kenyal di bagian dalam.
  4. Membuat Saus Gula Merah
    Sementara kue dipanggang, saus gula merah dibuat dengan mencairkan gula merah dengan sedikit air dan pandan di atas api kecil. Saus ini dimasak hingga kental dan siap disiramkan di atas Kue Rangi sebagai pelengkap rasa manis.

Cita Rasa dan Tekstur yang Unik

Kue Rangi

 

Kue Rangi memiliki kombinasi rasa dan tekstur yang sangat khas. Di bagian luar, kue ini renyah karena proses pemanggangan, sementara di bagian dalam terasa lembut dan kenyal. Rasa gurih dari kelapa parut berpadu dengan saus gula merah yang manis dan sedikit wangi pandan, menciptakan harmoni rasa yang sangat memanjakan lidah.

Kue ini biasanya disajikan dalam potongan kecil yang siap disantap langsung atau dicelupkan terlebih dahulu ke dalam saus gula merah. Cita rasanya yang sederhana namun lezat membuat Kue  menjadi jajanan favorit bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang ingin bernostalgia dengan cita rasa masa lalu.

Peran Kue Rangi dalam Budaya Betawi

Kue Rangi tidak hanya menjadi camilan lezat, tetapi juga bagian dari identitas kuliner Betawi. Dalam berbagai acara adat dan perayaan masyarakat Betawi, Kue sering dihadirkan sebagai sajian tradisional. Mulai dari perayaan hari besar seperti Lebaran hingga acara-acara adat seperti pernikahan dan khitanan, Kue Rangi menjadi simbol kebersamaan dan penghormatan terhadap tradisi.

Di beberapa kesempatan, pembuatan Kue Rangi bahkan menjadi atraksi tersendiri, di mana masyarakat bisa menyaksikan proses pembuatan kue ini secara langsung, lengkap dengan alat dan teknik tradisional yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa Kue tidak hanya menjadi camilan biasa, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang terus dilestarikan.

Kue Rangi di Tengah Modernisasi

Meskipun Kue Rangi adalah salah satu warisan kuliner Betawi, keberadaannya saat ini semakin langka. Modernisasi dan perubahan gaya hidup membuat banyak masyarakat, terutama generasi muda, tidak lagi familiar dengan kue tradisional ini. Selain itu, semakin sulitnya menemukan pedagang Kue di pasar-pasar tradisional menjadi tantangan tersendiri bagi kelestarian kuliner ini.

Namun demikian, upaya untuk mempertahankan Kue Rangi tetap ada. Beberapa komunitas dan pedagang kaki lima di Jakarta masih setia menjual kue ini, meskipun jumlahnya tidak sebanyak dulu. Ada pula beberapa restoran yang mencoba menghadirkan Kue dalam menu mereka sebagai bagian dari usaha melestarikan kuliner tradisional. Tidak sedikit juga pecinta kuliner yang berusaha untuk membuat Kue sendiri di rumah dengan mengikuti resep tradisional yang diwariskan turun temurun.

Upaya Pelestarian Kue Rangi

Kue Rangi

 

Pelestarian Kue Rangi membutuhkan kolaborasi dari mariatogel berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun pecinta kuliner. Pemerintah daerah misalnya, bisa memasukkan Kue sebagai bagian dari promosi wisata kuliner Betawi. Acara-acara festival kuliner tradisional yang digelar secara berkala juga bisa menjadi sarana untuk memperkenalkan kembali Kue kepada generasi muda.

Di sisi lain, masyarakat Betawi sendiri juga memiliki peran penting dalam menjaga kelestarian Kue Rangi. Dengan terus mengonsumsi, memproduksi, dan memperkenalkan kue ini kepada anak cucu mereka, warisan kuliner ini akan tetap hidup di tengah gempuran makanan-makanan modern. Para pedagang kaki lima yang masih menjual Kue juga harus mendapatkan dukungan agar tetap bisa bertahan di tengah persaingan pasar yang semakin ketat.&lt;/p>&lt;/p></p>

Kue Rangi dan Generasi Muda

Untuk menarik minat generasi muda terhadap Kue Rangi, diperlukan pendekatan yang kreatif. Misalnya, memanfaatkan media sosial untuk memperkenalkan Kue dengan cara yang lebih modern dan menarik. Resep-resep Kue yang disesuaikan dengan selera masa kini, seperti menambahkan topping atau saus yang berbeda, juga bisa menjadi salah satu cara untuk membuat kue ini lebih populer di kalangan anak muda.

Selain itu, memasukkan Kue sebagai bagian dari kegiatan edukasi di sekolah-sekolah juga bisa menjadi cara yang efektif untuk mengenalkan kuliner tradisional kepada generasi muda. Dengan begitu, mereka tidak hanya sekadar mengenal Kue , tetapi juga memahami nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.

Kesimpulan

Kue Rangi adalah salah satu ikon kuliner tradisional Betawi yang perlu terus dilestarikan. Dengan bahan-bahan yang sederhana, proses pembuatan yang tradisional, serta rasa yang khas, kue ini memiliki daya tarik tersendiri bagi pecinta kuliner. Meskipun semakin sulit ditemui, upaya untuk melestarikan Rangi harus terus dilakukan agar warisan kuliner ini tidak hilang ditelan zaman. Pelibatan semua elemen masyarakat, termasuk generasi muda, sangat penting untuk memastikan bahwa Rangi tetap menjadi bagian dari kekayaan kuliner Indonesia.

About The Author