June 1, 2025
Santet Segoro Pitu

Gue tuh bukan orang yang takut gampang nonton film horor. Tapi begitu denger ada film lokal baru berjudul Santet Segoro Pitu , gue langsung penasaran. Bukan hanya karena judulnya yang nyantol banget, tapi karena katanya film ini diangkat dari kisah nyata yang beredar di pesisir selatan Jawa. Yang namanya cerita santet dari daerah situ, udah pasti nggak main-main. Apalagi ada embel-embel angka “pitu”—yang berarti tujuh. Gimana nggak merinding coba?

Awalnya iseng aja sih, nonton bareng temen-temen kantor abis jam kerja. Tapi siapa sangka, ternyata ini bukan film horor biasa. Ini tuh semacam campuran antara kengerian mistis dan kritik sosial yang dibungkus rapi.

Sinopsis Santet Segoro Pitu: Teror dari Laut Selatan

keseruan film Santet Segoro Pitu

Film Santet Segoro Pitu bercerita tentang sebuah desa di tepi laut selatan yang dihantui oleh kutukan tujuh dukun santet. Kutukan ini katanya sudah berlangsung turun-temurun, dan setiap beberapa tahun, selalu ada korban jiwa.

Tokoh utama, Dimas—seorang jurnalis investigasi muda—datang ke desa itu buat nyelidikin serangkaian kematian misterius yang katanya terkait sama “segoro pitu”. Awalnya dia skeptis. Tapi lama-lama, pengalaman aneh mulai terjadi. Dari suara-suara di malam hari, penduduk desa yang suka tiba-tiba kesurupan, sampai penampakan mahluk berselubung kain kafan yang matanya merah menyala.

Dimas pun dibantu oleh Bu Ningrum, seorang dukun putih yang sudah lama tinggal di desa itu dan satu-satunya yang masih berani melawan kutukan tersebut. Cerita makin mencekam ketika Dimas sadar kalau dirinya ternyata punya keterkaitan dengan masa lalu kelam desa itu.

Pengalaman Menonton Santet Segoro Pitu: Dari Tegang Jadi Trauma Tipis

Waktu lampu bioskop matiin dan logo film muncul, gue udah ngerasa ada hawa nggak enak. Musik latarnya itu loh, khas banget—gabungan gamelan pelan dan suara ombak. Bikin suasana makin menyeramkan. Dan belum 10 menit film jalan, gue udah ngumpet-ngumpet di balik jaket, padahal belum ada jumpscare!

Yang paling menakutkan itu bukan hantunya, tapi atmosfernya. Banyak adegan yang cuma ngaasih suara atau bayangan samar, tapi bikin otak muter sendiri ngebayangin yang lebih parah. Bahkan ada satu momen, pas kamera nge-zoom pelan ke laut malam-malam, dan ada sosok perempuan rambut panjang ngambang di udara. Gak ada teriakan. Gak ada musik. Tapi heningnya itu justru bikin merinding.

Aku sampai pulang tidak berani mandi malem. Bayangin, umur segini, masih takut ngadep kaca kamar mandi. Tapi itulah hebatnya film ini. Dia tidak ngandelin efek suara keras atau make-up hantu norak. Semua dibangun pelan tapi nance.

Karakter dalam Santet Segoro Pitu: Tidak Ada yang Sepenuhnya Baik

Yang bikin film ini makin dalem adalah karakter-karakternya liputan6 . Gak ada yang seratus persen “baik”.

ong data-start=”3479″ data-end=”3488″>Dimas , si jurnalis, awalnya arogan. Merasa semua bisa dijelaskan secara logika. Tapi makin lama, dia sendiri mulai runtuh karena dihantui rasa bersalah dari masa lalunya yang ternyata terkait dengan tragedi desa.

Bu Ningrum , dukun putih yang terlihat kuat, ternyata juga punya sisi rapuh. Dia menyimpan luka lama karena gagal menyelamatkan penduduk desa dari tragedi sebelumnya.

Lalu ada Pak Lurah , pemimpin desa yang terlihat tenang, tapi ternyata menyimpan rahasia kelam demi menjaga posisinya.

Tapi yang paling mengganggu itu tentu saja tujuh dukun santet . Mereka tidak muncul bersama-sama, tapi aura mereka berasa sepanjang film. Masing-masing mempunyai kekuatan dan simbol tersendiri. Ada yang mengendalikan angin, ada yang bisa muncul lewat mimpi, bahkan ada yang bisa mengutuk hanya dengan memutarnya.

Mengapa Santet Segoro Pitu Dianggap Salah Satu Film Horor Terseram

Gue pernah nonton film horor luar negeri yang efeknya luar biasa, tapi tetap aja rasanya beda sama horor lokal. Santet Segoro Pitu ini nyeremin bukan karena teknologinya canggih, tapi karena dia “deket”

Film ini juga pinter mainin psikologis. Dia tidak terlalu sering kasih penampakan. Tapi justru karena itulah kita jadi ngerasa terus-menerus. Kayak ada sesuatu yang diikuti. Dan musiknya, aduh… bisa bikin deg-degan meskipun adegannya hanya orang jalan pelan di pematang sawah.

Kengerian lain datang dari simbolisme. Banyak banget adegan yang bisa menguasai macem-macem. Dari segi kepercayaan, hubungan kekuasaan, sampai trauma sejarah lokal. Dan semua itu disampaikan tanpa menggurui.

Tips Nonton Santet Segoro Pitu Biar Gak Trauma Sendirian

RRI.co.id - Diperankan Christian Sugiono, Sinopsis-Link Nonton 'Santet Segoro Pitu'

  1. Jangan Nonton Sendirian
    Serius deh. Ini bukan film horor yang bisa ditonton sambil main HP. Fokus banget dan lebih enak kalau ada yang bisa diajak komentar pas adegan serem.

  2. Pilih Jam Sore Kalau Penakut
    Gue nonton malam dan nyesel. Rasanya habis nonton langsung pengen cari tukang ruqyah. Kalau nonton sore, setidaknya bisa pulang masih ada cahaya matahari.

  3. Perhatikan Detail
    Banyak petunjuk penting yang disebar secara halus. Simbol di dinding, ucapan tokoh, bahkan mimpi yang kelihatannya acak. Semuanya ada maknanya.

  4. Jangan Skip Credits
    Ada potongan tambahan di akhir yang membuat semuanya jadi lebih jelas… sekaligus bikin nyeremin.

Segoro Pitu dan Kearifan Lokal: Antara Mitos, Nyata, dan Warisan Budaya

Setelah nonton Santet Segoro Pitu , gue jadi makin penasaran—bener gak sih kisah ini ada di dunia nyata? Dan ternyata, di beberapa daerah pesisir Jawa terutama di selatan, memang ada kepercayaan soal “segoro pitu” atau “tujuh penjaga laut”. Masyarakat percaya, laut bukan hanya habitat ikan, tapi juga tempat bersemayamnya roh-roh halus yang harus dihormati.

Yang bikin merinding, ternyata ada pula kisah dukun-dukun sakti yang dikenal bisa “mengirimkan” santet lewat ombak atau bahkan lewat bayangan. Gue nggak berani bilang ini sepenuhnya nyata, tapi waktu ngobrol sama orang-orang tua di kampung halaman, banyak yang percaya hal-hal kayak gitu masih ada sampai sekarang.

Film ini bagaikan cermin jadi bahwa di balik kemajuan zaman, ada warisan kearifan lokal yang tetap hidup. Dan film ini nggak menghakimi—dia hanya menyajikan realitas masyarakat dan kepercayaan dengan cara yang manusiawi.

Visual dan Sinematografi yang Layak Diacungi Jempol

Sebagai penikmat film, gue harus bilang: tim produksi Santet Segoro Pitu layak mendapat pujian. Mereka berhasil menyulap desa kecil jadi lokasi yang terasa mistis tapi tetap indah. Pemanfaatan cahaya redup alami dan kabut tipis membuat atmosfernya kuat banget.

Ada satu adegan di tengah film—Dimas berdiri di tengah pantai malam hari, dengan hanya obor sebagai penerang. Kamera pelan-pelan nge-zoom dan tiba-tiba… di balik kabut muncul siluet perempuan yang melayang. Gak ada suara, gak ada efek. Tapi justru itulah yang membuat bulu kuduk berdiri.

Desain suara-nya juga efektif. Kadang hanya suara pintu kayu berderit atau angin laut yang nyaring, tapi bisa bikin deg-degan setengah mati. Dan itu semua tidak terasa dipaksakan. Semuanya natural, masuk akal, dan mendukung narasi.

Pelajaran yang Dipetik dari Santet Segoro Pitu

Dari film ini, gue jadi sadar kalau rasa takut itu bukan musuh. Kadang kita butuh takut biar lebih waspada. Dan terkadang, ketakutan itu datang bukan dari hantu, tapi dari rasa bersalah, dari luka masa lalu yang belum sembuh.

Santet Segoro Pitu ngajarin gue soal pentingnya menerima kenyataan, menghadapi trauma, dan bahwa ada kekuatan dalam keberanian mengakui kesalahan. Film ini juga secara halus menunjukkan bahayanya kekuasaan yang menutupi kebenaran, serta betapa di dalamnya luka yang ditinggalkan praktik ilmu hitam di masyarakat.

Baca juga artikel menarik lainnya tentnag Balada Si Roy: Kisah Anak Muda Berjiwa Bebas yang Bikin Kita Flashback Film disini

About The Author