
Saya masih ingat pertama kali dengar nama Pantai Tanjung Aru. Awalnya saya pikir cuma pantai biasa, karena di Indonesia dan Malaysia kan banyak banget pantai. Tapi seorang teman pernah bilang, “Kalau kamu mau lihat sunset paling romantis di Asia Tenggara, datanglah ke Tanjung Aru.” Nah, kalimat itu yang bikin saya penasaran.
Waktu akhirnya bisa mampir ke Travels Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia, saya langsung masukkan pantai ini ke daftar utama. Jujur, sebelum berangkat, saya sempat mikir, “Ah paling cuma pantai dengan matahari tenggelam biasa.” Tapi ternyata, pengalaman saya di sana benar-benar berbeda.
Saya sempat datang agak sore, sekitar jam 5, dan begitu langit mulai berubah warna, saya langsung paham kenapa pantai ini begitu populer. Sunset-nya bukan sekadar indah, tapi juga bikin hati adem. Warna oranye, pink, ungu bercampur jadi satu. Rasanya kayak lukisan hidup.
Keindahan Wisata Pantai Tanjung Aru
Kalau ngomongin soal keindahan, Pantai Tanjung Aru memang juara. Pasirnya halus, air lautnya jernih, dan garis pantainya panjang banget. Yang bikin beda adalah pohon-pohon coco de mer dan barisan pepohonan aru (itu lho, cemara laut khas tropis) yang jadi inspirasi nama pantai ini Wikipedia.
Suasana pantainya nggak terlalu ramai kalau pagi, tapi menjelang sore mulai banyak wisatawan datang. Ada yang jogging, ada yang main bola pantai, ada juga keluarga lokal yang piknik sambil bawa bekal. Jadi, pantai ini bukan hanya destinasi turis, tapi juga tempat berkumpulnya warga lokal.
Dan yang paling ikonik tentu saja sunset-nya. Banyak artikel wisata menyebut Pantai Tanjung Aru sebagai salah satu tempat dengan matahari terbenam tercantik di dunia. Dan setelah saya lihat sendiri, memang nggak salah.
Apa yang Membuat Pantai Tanjung Aru Dikenal?
Jujur, banyak pantai di Asia Tenggara yang cantik. Tapi ada beberapa alasan kenapa Tanjung Aru terkenal:
Sunset kelas dunia. Banyak majalah travel internasional menulis tentang betapa cantiknya sunset di sini.
Lokasi strategis. Dari pusat Kota Kinabalu cuma sekitar 6 km. Jadi gampang banget diakses.
Suasana lokal. Beda dengan pantai wisata lain yang terlalu komersil, Tanjung Aru tetap terasa “asli” karena banyak warga lokal yang datang.
Kuliner sekitar. Di area pantai banyak food stall dan kafe kecil yang jual seafood segar. Saya coba sate ikan di sana, dan rasanya enak banget.
Saya rasa kombinasi keindahan, akses mudah, dan suasana lokal inilah yang bikin Tanjung Aru menonjol.
Keunikan dari Wisata Pantai Tanjung Aru
Salah satu hal unik yang saya perhatikan adalah atmosfernya. Meskipun turis banyak, pantai ini tetap punya vibe santai. Nggak ada kesan buru-buru atau terlalu ramai kayak di Bali saat musim liburan.
Selain itu, dari Tanjung Aru kita bisa lihat pemandangan Pulau Manukan, Pulau Sapi, dan pulau-pulau lain yang termasuk Tunku Abdul Rahman Marine Park. Jadi, walaupun cuma duduk di tepi pantai, kita tetap bisa lihat panorama pulau indah di kejauhan.
Ada juga bandara internasional yang letaknya nggak jauh. Kadang-kadang, sambil nunggu sunset, saya bisa lihat pesawat lepas landas dengan latar belakang langit jingga. Rasanya unik banget, kayak perpaduan alam dan teknologi.
Akses Menuju Pantai Tanjung Aru
Buat yang belum pernah ke Sabah, jangan khawatir. Akses menuju pantai ini gampang banget. Dari pusat Kota Kinabalu, cukup naik taksi atau Grab (semacam ojek online) sekitar 15-20 menit aja. Kalau mau lebih murah, ada juga bus kota.
Saya waktu itu pilih naik Grab bareng teman. Ongkosnya nggak sampai RM15 (sekitar Rp50 ribuan). Menurut saya, itu harga yang cukup terjangkau untuk sebuah destinasi wisata yang sepopuler ini.
Kalau kamu nginep di hotel dekat bandara, malah bisa jalan kaki sekitar 10-15 menit. Jadi sebenarnya lokasinya super strategis.
Mengapa Pantai Tanjung Aru Ramai Dikunjungi?
Jawaban singkatnya: karena sunset. Tapi kalau saya jelaskan lebih panjang, ada kombinasi beberapa faktor. Pertama, wisatawan asing suka karena mudah diakses. Kedua, warga lokal suka karena tempat ini cocok untuk rekreasi keluarga. Ketiga, pasangan muda jelas suka karena suasananya romantis banget.
Saya bahkan sempat lihat ada pasangan yang foto prewedding di sana. Beneran, dengan background langit jingga dan laut biru, hasil fotonya pasti luar biasa.
Dan jangan lupa, harga makanan di sekitar pantai ini cukup ramah di kantong. Jadi orang datang bukan cuma buat lihat sunset, tapi juga buat makan sambil santai.
Tips Mengunjungi Pantai Tanjung Aru
Nah, ini bagian favorit saya. Karena saya sempat ngalamin beberapa kesalahan, saya bisa kasih tips biar pengalaman kalian lebih maksimal:
Datang lebih awal. Kalau mau dapat spot bagus buat foto sunset, datanglah sekitar jam 4 atau 5 sore. Kalau terlalu mepet, bisa susah cari tempat duduk.
Bawa kamera atau HP dengan baterai full. Sunset di sini cepat banget berubah warna. Jangan sampai ketinggalan momen karena baterai habis.
Pakai sandal atau alas kaki nyaman. Pasirnya halus, jadi enak buat jalan-jalan.
Siapkan uang tunai kecil. Banyak food stall di sekitar pantai yang nggak terima kartu.
Jangan cuma duduk. Coba juga jalan-jalan di sepanjang pantai, atau sekadar ngobrol sama warga lokal. Pengalaman itu jauh lebih berkesan.
Saya pernah salah, datang terlalu mepet sunset. Akhirnya saya cuma dapat spot di belakang orang banyak. Jadi fotonya ya penuh kepala orang lain. Dari situ saya belajar, datang lebih awal itu kunci.
Mengapa Saya Selalu Kangen Pantai Tanjung Aru
Setelah beberapa kali mampir ke Sabah, saya bisa bilang kalau Pantai Tanjung Aru punya daya tarik yang nggak pernah bikin bosan. Sunset-nya selalu berbeda tiap hari. Kadang lebih merah, kadang lebih ungu, kadang campuran.
Bagi saya, ini bukan sekadar pantai. Ini tempat untuk berhenti sejenak dari hiruk pikuk, menarik napas dalam, dan mengingat kalau dunia ini indah banget.
Kalau kamu berencana ke Kota Kinabalu, jangan sampai kelewatan Pantai Tanjung Aru. Percayalah, sekali lihat sunset di sini, kamu bakal kangen dan ingin kembali lagi.
Rekomendasi Hotel Dekat Pantai Tanjung Aru
Buat yang suka traveling santai tanpa ribet, pilih hotel yang dekat dengan Pantai Tanjung Aru adalah keputusan tepat. Saya sempat nginap di salah satu hotel bintang lima di sana, yaitu Shangri-La’s Tanjung Aru Resort & Spa. Memang agak mahal, tapi view yang ditawarkan benar-benar bikin speechless. Dari kamar, saya bisa lihat langsung lautan biru dan matahari terbenam.
Kalau budget agak ketat, jangan khawatir. Ada juga penginapan yang lebih murah di sekitar Kota Kinabalu yang jaraknya cuma 10-15 menit naik Grab ke pantai. Misalnya, Borneo Beach Villas atau C’haya Hotel yang harganya jauh lebih ramah di kantong.
Saya pribadi lebih suka kombinasi: kalau memang niat liburan santai, sekali-sekali boleh banget coba resort mewah. Tapi kalau perjalanan backpacker, cukup cari hotel budget di kota. Karena toh kita bakal lebih banyak waktu di luar, bukan di kamar.
Kuliner Khas di Sekitar Pantai Tanjung Aru
Nah, bagian ini nggak boleh dilewatin. Buat saya, traveling tanpa mencoba makanan lokal itu kayak ada yang kurang. Dan di sekitar Pantai Tanjung Aru ada banyak pilihan kuliner yang bikin lidah nggak bisa berhenti bergoyang.
Saya sempat coba seafood bakar di salah satu warung dekat pantai. Harganya terjangkau, dan rasanya juara. Kepiting saus pedas, ikan bakar, sampai sotong goreng tepung—semua masih segar karena langsung dari nelayan lokal.
Selain itu, ada juga roti canai dan teh tarik di warung kecil pinggir pantai. Saya duduk santai, minum teh tarik sambil nonton sunset, rasanya kayak kombinasi sederhana tapi sempurna.
Kalau kamu suka jajanan ringan, coba sate ikan (fish satay) yang dijual di gerobak sekitar pantai. Aromanya aja udah bikin perut keroncongan. Rasanya gurih, manis, dan sedikit smoky. Cocok banget dimakan sambil jalan-jalan di tepi pasir.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Pulau Togian: Tempat Healing Paling Damai yang Pernah Saya Datangi disini