June 23, 2025
Mangku Pocong

Film Mangku Pocong berkisah tentang dua saudara, Hendri (Jefan Nathanio) dan Nurul (Ajeng Fauzia), yang pulang kampung setelah ayah mereka, Mardi (Indra Pacique), sakit parah dan akhirnya meninggal . Karena kondisi ekonomi sulit, mereka berniat menghidupkan rumah makan peninggalan keluarga, namun justru mendapatkan penolakan dari anggota keluarga besar

Saat mengelola ulang warung itu, tiba-tiba muncul serangkaian kejadian aneh: aura mistis, jejak ritual pesugihan, dan… ya, kedatangan sosok pocong menakutkan yang mengintai kedua bersaudara, sambil mengungkap rahasia gelap masa lalu keluarga yang sudah lama terkubur

Deskripsi ini menunjukkan bahwa Movie Mangku Pocong bukan hanya sekadar horror jumpscare, tapi juga sarat drama keluarga + misteri supernatural.

Mengapa Mangku Pocong Ditunggu-tunggu?

Dua Hari Menjelang Mangku Pocong di Bioskop, Samuel Rizal Sempat Kerasukan Saat Proses Syuting - Versi Terkini - Halaman 2

  1. Terinspirasi dari kisah nyata & urban legend lokal
    Banyak kisah pesugihan dan pocong di Jawa Tengah yang diangkat jadi basis cerita. Ini bikin film terasa otentik dan dekat dengan budaya lokal newsfeed

  2. Sutradara baru yang segar
    Chiska Doppert, biasanya menggarap drama, kini bermain horor. Kombinasi yang belum banyak dijajal dan rupanya mampu memikat karena siasat scares-nya yang tidak murahan .

  3. Suasana lokasi angker asli
    Syuting di tempat-tempat yang benar-benar ‘angker’ di Jateng bikin vibe mencekam terasa nyata. Beberapa kru bahkan katanya merasa terganggu gaib saat malam hari

  4. Makeup praktikal yang detail
    Efek pocong pakai prostetik + tata cahaya minim. Hasilnya jauh dari efek murahan—bikin bulu kuduk berdiri!

  5. Antusiasme tinggi sejak gala premiere
    Pre-order tiket melimpah, netizen banyak reaksi “merinding”, dan beberapa pengulas bilang film Mangku Pocong salah satu horor terbaik 2025.

Keseruan & Part Terseru Mangku Pocong

  • Adegan ritual pesugihan
    Atmosfer mencekam, bau lembap, suara gemerisik kain pocong, plus musik latar merinding. Ini sukses bikin nonton sambil nutup mata sedikit .

  • Momen ketegangan dalam rumah makan
    Pelayannya tiba-tiba diam, oven misalnya malah menyala sendiri—bikin bulu kuduk berdiri. Kalau nonton rame-rame, ini bisa bikin banyak yang teriak.

  • Pocong pertama muncul di kamar belakang
    Waktu itu shot-nya pas: lampu mati, kamera slow zoom, terus… pocong muncul sekejap! Bagi banyak orang, itu adalah jump scare paling efektif.

  • Konfrontasi akhir indo-lokal
    Saat Hendri ditantang secara ritual oleh ‘pemuka klenik’, ada melibatkan unsur tradisi lokal: mantra Jawa, sajen, dan lampu petromax. Ini efeknya bikin terasa beda dari film horor biasa.

Part Paling Greget

Menurut banyak penonton dan reviewer, klimaks final adalah puncak yang bikin “greget”. Saat rahasia keluarga terbuka—ternyata ayah mereka pernah melakukan ritual pesugihan dan mengikat nyawanya dengan pocong—adegan ini jadi emotional + horror, bukan hanya sekadar teror visual. Kombo emosi + ketegangan jadi momen paling ngefek.

Review Santai (Versi Nonton Bareng)

“Awal nonton langsung jatuh cinta sama atmosfernya: gelap, lembap, plus musiknya bener-bener bikin keringat dingin muncul. Chemistry Hendri–Nurul juga oke, detail wajahnya natural. Dan soal scares? Gak murahan. Ada unsur budaya lokal yang saya suka—bikin beda dari horor mainstream.”

Kalau saya pribadi, merasa film Mangku Pocong worth banget, terutama buat yang bosan sama jumpscare itu-itu aja. Ada nuansa budaya, plus konflik saudara, bikin filmnya punya layer beda. Meski ada beberapa karakter pendukung yang terasa random dan tidak begitu digali, tapi overall ceritanya konsisten dan mencekam

Tips buat kamu yang mau nonton:

  • Nonton di bioskop di malam hari atau akhir pekan—suasana gelap dan speaker besar bikin efek pocong-nya makin terasa.

  • Jangan nonton sendirian, ajak teman—reaksi rame lebih seru dan bikin jantung deg-degan berderet.

  • Hindari nonton setelah makan kenyang—dijamin gugup dan bisa muntah

Menggarap Karakter & Chemistrynya

Sinopsis Film Mangku Pocong, Terinspirasi dari Kisah Nyata! | Orami

Saat nonton Mangku Pocong, saya sempat “kaget” sama chemistry antara Jefan Nathanio (Hendri) dan Ajeng Fauzia (Nurul). Awalnya saya pikir, ah paling samaan aja, kakak-adik biasa. Tapi beberapa adegan ringan—kayak saat mereka saling sindir ibu-ibu kampung soal cita rasa ayam geprek—ngeh banget feelnya. Adegan ngobrol ngalor ngidul itu bikin karakter mereka terasa nyata, bukan sekadar boneka di tengah teror pocong.

Tapi ya, memang, ada beberapa karakter pendukung—misalnya si “tetangga usil” atau “teman lama” yang hanya muncul sepintas—rasanya kurang mendapat napas cerita. Harusnya sih, kalau dikit lagi di-develop, mood story bisa lebih dalem dan penonton bisa lebih meng-feel situasi antagonisnya.

Visual & Atmosfer: Gelap, Suram, tapi Autentik

Pengambilan gambar di warung makan tua — dengan lampu bohlam temaram, meja kayu lusuh, dan suara cicitan tikus betulan—itu bikin suasananya tears-of-memory bagi saya, karena sempat tinggal sebulan di rumah tua sebelum renovasi. Jadi, pas setting filmnya serupa, saya langsung terpukul nostalgia itu.

Kamera slow move, fokus tangan menaruh piring berisi sajen, lampu doang, dinding yang retak-retak… itu detail kayak mengundang kita merasakan ‘ketidaknyamanan’ spontan. Itu sebabnya jumpscare jadi begitu efektif. Ga cuma teriak, tapi juga bikin jantung megap-megap karena lupa napas 

KapanLagi bahkan menyebut bahwa energi gaib di lokasi syuting beneran terasa selama proses pengambilan gambar—ada kru yang “kerasukan” dan berbicara dalam bahasa Jawa kuno Kalau itu beneran terjadi, wkwk, bukan sekadar efek film—tapi juga memberi kesan sincere.

Layer Moral & Budaya

Ini yang bikin Mangku Pocong bukan sekadar horor murah. Ada layer moral soal pesugihan—praktik spiritual untuk kekayaan mudah. Film Mangku Pocong jelas mengkritisi itu.

Menurut KapanLagi:

Ada momen saat karakter Hendri menyadari rahasia ayahnya menggunakan ritual di dapur—pas dia buka halaman buku catatan lama, dan bata dapur naik suhunya. Itu jadi simbol bahwa “kebaikan” bisa mengandung kutukan. Bagi audiens yang terbiasa dengan konten horor lokal, unsur ini terasa menyentuh dan informatif sekaligus menyeramkan.

Teror yang Konsisten – Bukan Sekadar Scares

Yang bikin beda Mangku Pocong, menurut NetralNews, adalah ketegangan yang nggak hanya andalkan jump scare, tapi dibangun dari atmosfer dan budaya lokal  Saya sepakat. Beberapa adegan seperti:

  • Ritual pesugihan: dilakukan di ujung dapur. Suara mantra dan gemerisik kain pocong bikin saya reflex nutup mata saat scene muncul.

  • Pocong pertama muncul di kamar: lampu redup, kamera slow zoom. Itu bukan cuma mengejutkan, tapi bikin takut di dalam—secara psikologis.

  • Konfrontasi akhir: bukan hanya klimaks visual, tapi puncak emosional saat rahasia keluarga dibongkar.

Dibanding film horor lain yang cuma bikin kaget sekejap, sini atmosfernya nempel lebih lama. Itu bukti kalau sutradara tahu cara main psikologis.

Kekuatan & Kekurangannya

Kelebihan:

  1. Setting otentik & soundtrack pas – bikin masuk ke suasana kampung, warung pendidikan kuno.

  2. Layer moral & budaya – mengaitkan pesugihan dengan nilai familier dalam masyarakat.

  3. Chemistrynya real – bikin cerita masuk ke hati, bukan sekadar hiburan dangkal.

Kekurangan:

  1. Beberapa karakter pendukung terasa datar, seperti hanya jadi pembantu cerita.

  2. Ada bagian tempo cerita agak lambat—beberapa penonton bilang bagian tengah sempat overbuild, bikin pacing drop.

Skorfilm mencatat film Mangku Pocong mendapat skor critic 2.5 (cukup), tapi audience 3.7 (cukup disukai) —ini menunjukkan respon penonton lebih positif ketimbang kritikus.

Layakkah Mangku Pocong Ditonton?

Kalau kamu:

  • Pecinta horor lokal dengan atmosfer kental budaya,

  • Mau nonton horor yang gak sekadar jump scare,

  • Suka cerita dengan konflik keluarga dan bumbu mistis autentik,

…ya, Mangku Pocong wajib masuk daftar tontonan kamu. Tapi kalau kamu penggemar horor cepat, glamor, dan visual efek kekinian ala Hollywood, mungkin akan merasa film Mangku Pocong agak ‘selow’.

Saya pribadi nonton malam Minggu, ramai-ramai sama teman, dan itu seru banget! Kami bereaksi bareng, ngakak bareng, dan deg-degan bareng. Paling puas sama setelah film selesai, kita diskusi bareng, itu pengalaman nonton yang bikin keakraban makin erat.

Baca juga artikel menarik lainnya tentang Pembantaian Dukun Santet: Pengalaman Pribadi Nonton Film Horor yang Bikin Gak Bisa Tidur Sendirian disini

About The Author