
Lacoste ganti logo bukanlah sekadar brand pakaian, melainkan sebuah ikon mode global yang sudah melekat di hati banyak orang. Didirikan oleh René Lacoste pada tahun 1933, merek ini pertama kali terkenal berkat kaos polo dengan logo buaya kecil di bagian dada. Logo tersebut terinspirasi dari lifestyle julukan René, “The Crocodile,” yang diberikan oleh media olahraga karena ketangguhannya di lapangan tenis. Seiring waktu, simbol buaya hijau wikipedia itu menjadi identitas kuat dan mudah dikenali.
Namun, seiring perkembangan zaman, Lacoste mulai menghadapi tantangan baru. Dunia mode yang dinamis menuntut brand besar untuk terus beradaptasi. Inilah yang akhirnya membuat Lacoste memutuskan mengganti logo mereka dalam periode tertentu, meski tetap menjaga esensi asli.
Mengapa Logo Penting bagi Sebuah Brand?
Logo tidak sekadar gambar. Ia adalah representasi visual dari sebuah identitas. Dalam kasus Lacoste, buaya yang sederhana namun elegan telah menjadi lambang prestise, kualitas, dan gaya hidup sporty. Maka dari itu, setiap perubahan logo selalu menimbulkan rasa penasaran.
Perubahan visual pada logo biasanya mencerminkan strategi baru sebuah perusahaan. Kadang, logo baru membawa pesan tentang inovasi, kepedulian sosial, atau sekadar penyegaran agar tetap relevan. Hal ini pula yang menjadi alasan Lacoste berani mengambil langkah berani untuk sesekali mengubah logonya.
Fenomena “Save Our Species” dan Pergantian Logo
Salah satu momen paling ikonik dalam sejarah Lacoste terjadi pada tahun 2018. Saat itu, Lacoste bekerja sama dengan International Union for Conservation of Nature (IUCN) meluncurkan kampanye “Save Our Species.” Demi mendukung gerakan tersebut, Lacoste mengganti logo buaya mereka dengan hewan-hewan langka yang terancam punah, seperti harimau Sumatra, badak Jawa, hingga burung kakapo.

Perubahan ini bukan hanya sekadar gimmick, melainkan bentuk nyata kepedulian terhadap lingkungan. Setiap koleksi terbatas dengan logo hewan langka itu dijual untuk menggalang dana konservasi. Respon publik luar biasa positif, karena brand besar seperti Lacoste berani memanfaatkan ikon terkenalnya demi isu kemanusiaan dan ekologi.
Dampak Strategis dari Pergantian Logo
Pergantian logo Lacoste terbukti memberi dampak strategis yang signifikan. Pertama, Lacoste berhasil memperkuat citra sebagai brand yang peduli pada isu global. Kedua, kampanye tersebut membuat mereka lebih relevan di mata generasi muda, yang kini semakin kritis terhadap isu keberlanjutan.
Selain itu, langkah ini menunjukkan bahwa sebuah brand tidak harus selalu kaku dengan tradisi. Dengan inovasi tepat, bahkan identitas yang sudah mapan bisa mendapatkan nilai tambah. Maka, perubahan logo bukan berarti meninggalkan masa lalu, melainkan memperluas makna dari simbol itu sendiri.
Logo Baru, Konsumen Baru
Saat Lacoste meluncurkan logo pengganti, ada kekhawatiran konsumen lama akan merasa kehilangan. Akan tetapi, kenyataannya berbeda. Perubahan justru menarik perhatian konsumen baru yang lebih muda dan melek isu sosial.
Generasi Z, misalnya, menyukai brand yang memiliki makna lebih dari sekadar produk. Mereka ingin mendukung brand dengan nilai moral. Maka, keputusan Lacoste mengganti logo terbukti mampu menjangkau pasar yang lebih luas, tanpa mengabaikan pelanggan setia.
Respon Publik: Antara Antusias dan Rindu Buaya Hijau
Tidak bisa dipungkiri, ada sebagian orang yang merasa kehilangan ketika melihat kaos polo tanpa logo buaya. Buaya kecil hijau itu sudah menjadi ciri khas yang mendunia. Namun, rasa kehilangan itu diimbangi dengan rasa bangga karena mereka mengenakan sesuatu yang bermakna lebih besar.
Media internasional pun ramai membicarakan langkah berani Lacoste ini. Dari Paris hingga Jakarta, diskusi mengenai logo baru Lacoste menghiasi kolom fashion. Inilah bukti bahwa sebuah logo, meski kecil, bisa membawa percakapan besar.
Seni di Balik Perubahan Logo
Desain logo pengganti Lacoste tetap mempertahankan nuansa sederhana dan elegan. Meskipun buaya diganti hewan lain, gaya visualnya tetap minimalis. Hal ini menjaga konsistensi identitas brand, sekaligus memudahkan konsumen untuk tetap mengenali produk Lacoste.
Desainer grafis menilai langkah ini sangat cerdas. Dengan mempertahankan estetika yang serupa, Lacoste tidak kehilangan “rasa” brand-nya. Perubahan yang dilakukan terasa halus, namun maknanya dalam.
Pelajaran dari Lacoste untuk Brand Lain
Apa yang dilakukan Lacoste bisa menjadi inspirasi bagi brand lain. Pergantian logo tidak harus menakutkan, asalkan punya tujuan jelas. Bahkan, perubahan dapat menjadi momentum penting untuk menyampaikan pesan baru pada dunia.

Brand lokal di Indonesia pun bisa belajar dari strategi ini. Alih-alih hanya memikirkan tren desain, mereka bisa menjadikan logo sebagai sarana komunikasi tentang nilai yang lebih besar, misalnya kepedulian sosial atau keberlanjutan lingkungan.
Masa Depan Logo Lacoste
Kini pertanyaannya, apakah Lacoste akan terus bermain-main dengan logo di masa depan? Besar kemungkinan ya, terutama jika mereka ingin tetap relevan dan terus berkontribusi pada isu-isu global.
Meski begitu, buaya kecil hijau akan tetap menjadi identitas utama. Ia sudah melekat di hati konsumen selama puluhan tahun. Setiap perubahan hanya bersifat sementara, sebagai bentuk perayaan atau kampanye tertentu.
Kesimpulan: Lebih dari Sekadar Gambar
Pergantian logo Lacoste membuktikan bahwa sebuah simbol kecil bisa membawa pesan besar. Dari sekadar ikon olahraga, logo Lacoste berevolusi menjadi sarana advokasi lingkungan.
Maka, kita bisa menyimpulkan bahwa identitas brand bukan hanya soal estetika, melainkan juga nilai dan semangat yang ingin dibawa. Lacoste telah memberikan contoh nyata bagaimana perubahan dapat menjadi kekuatan, bukan kelemahan.
Baca Juga Artikel Ini: Memahami Sikap Tubuh: Pelajaran dari Pengalaman Sehari-hari






