June 1, 2025
Into the Dead

Kalau kamu pernah merasa hidupmu terlalu tenang dan butuh sensasi yang bikin jantung serasa mau copot, Into the Dead adalah jawabannya.

Game Into the Dead adalah game mobile (dan sekarang juga tersedia di platform lain) bergenre endless runner, tapi dengan satu twist yang sangat bikin tegang: kamu dikejar dan dikelilingi zombie. Bayangkan aja kamu harus terus berlari di dunia pasca-kiamat, tanpa henti, sambil menghindari mayat hidup yang siap menerkammu kalau kamu lengah sedetik aja.

Yang bikin aku jatuh cinta dari awal adalah atmosfernya. Gelap, sunyi, dan suara napas karakternya tuh… bikin merinding! Musiknya nggak lebay, tapi cukup untuk bikin suasana makin ngeri. Visualnya juga cukup realistis, apalagi kalau main pakai headphone — suasana makin terasa nyata, seolah-olah aku sendiri yang lari dari gerombolan zombie.

Keseruan Bermain Into the Dead

Pertama kali the lazy media main game ini, aku pikir ini cuma game lari-larian biasa. Tapi ternyata, ini lebih dari sekadar “lari dan lompat.” Into the Dead menguji refleks dan keputusan cepat. Setiap detik bisa jadi penentu hidup dan mati (yah, setidaknya hidup dalam game lah).

Kita nggak cuma lari menghindari zombie, tapi juga bisa mengumpulkan senjata, dari pistol sederhana sampai senapan otomatis. Tapi ingat ya, peluru terbatas, jadi harus pintar-pintar pakai. Jangan boros! Aku pernah keasyikan tembak-tembak, eh… pas zombie makin banyak, peluru habis. Ya udah, tinggal pasrah dimakan deh.

Ada beberapa momen yang nggak bakal aku lupa. Misalnya, pas aku hampir menyelesaikan misi dan udah jauh banget jaraknya, tiba-tiba tangan si zombie muncul dari semak-semak sebelah kanan — bumm! Tamat. Rasa frustasi dan kagetnya tuh kayak ditikung teman deket pas kita lagi sayang-sayangnya, wkwk.

Mengapa Into the Dead Begitu Populer?

keseruan bermain Into the Dead

Setelah main beberapa hari, aku bisa ngerti kenapa game ini begitu dicari orang. Banyak temanku sesama penggemar game zombie yang bilang, “Kalau belum main Into the Dead, belum sah jadi survivor!”

Alasannya sederhana:

  1. Atmosfer mencekam tapi adiktif – Gabungan visual, audio, dan gameplay yang bikin ketagihan.

  2. Kontrol simpel – Swipe kiri-kanan untuk menghindar, tap buat nembak. Cocok untuk semua usia (yang kuat mental ya).

  3. Progress yang memuaskan – Kita bisa buka senjata baru, mode baru, bahkan anjing penjaga (yang bisa bantu bunuh zombie).

  4. Mode cerita dan challenge – Nggak melulu endless run, ada juga misi yang harus diselesaikan. Lumayan buat variasi.

Bahkan, developer-nya, PikPok, sukses besar dengan game ini. Mereka tahu cara menggabungkan ketegangan, strategi, dan visual dalam satu paket yang gampang dinikmati, tapi susah dilepasin. Banyak juga yang akhirnya lanjut main Into the Dead 2, karena versi pertamanya udah bikin candu.

Tips Menyelesaikan Game Into the Dead

Setelah ngabisin berjam-jam di game ini (kadang sambil rebahan, kadang sambil nunggu nasi matang , ada beberapa tips yang bisa aku bagi:

1. Prioritaskan jalur aman

Kadang kamu akan tergoda ambil senjata atau peluru, tapi kalau ada zombie di sekitarnya, mending skip dulu. Lebih baik hidup tanpa peluru, daripada mati sia-sia.

2. Pakai peluru seperlunya

Nggak semua zombie harus ditembak. Gunakan senjata hanya saat benar-benar kepepet. Sisanya? Manuver, cari celah, atau lompat pagar.

3. Manfaatkan bantuan anjing

Anjing penjaga di game ini bisa sangat membantu. Dia bisa menggigit zombie yang menghadangmu. Pilih jenis anjing yang sesuai gaya bermain kamu.

4. Jangan buru-buru upgrade senjata

Kadang kita pengen cepet punya senjata keren. Tapi sabar, upgrade senjata secara bertahap dan sesuai kebutuhan. Fokus dulu ke senjata favorit kamu.

5. Main pakai headphone

Ini bukan soal gaya, tapi untuk ngerasain atmosfer lebih dalam. Suara langkah kaki, nafas terengah, dan raungan zombie — semuanya penting untuk mendeteksi bahaya.

Pengalaman Bermain Into the Dead

Jujur ya, aku udah coba banyak game zombie, dari yang first-person shooter sampai strategi. Tapi Into the Dead punya tempat spesial. Karena dia menggabungkan semua elemen survival horror tanpa bikin pusing mikirin strategi berat.

Ada satu malam aku main game ini pas mati lampu — beneran serem banget. Di rumah sepi, cuma suara hujan dan petir. Eh, pas main, layar gelap, tiba-tiba zombie muncul dan langsung nabrak! HP jatuh, dan aku sempet loncat dari kasur saking kagetnya. Istri sampai bilang, “Main game apa sih, kayak orang dikejar debt collector!”

Itu pengalaman yang beneran membekas. Dari situ aku sadar, Into the Dead bukan sekadar game lari-larian, tapi juga pengalaman imersif yang bisa bikin deg-degan beneran.

Dan satu hal yang aku suka? Game ini cocok buat sesi-sesi singkat. Nggak perlu duduk berjam-jam. Main 10 menit pun bisa cukup buat ngelepas stres. Apalagi kalau kamu anaknya kompetitif — skor tertinggi selalu jadi tantangan.

Pelajaran yang Bisa Diambil dari Game Ini

Into the Dead | Board Game | BoardGameGeek

Mungkin ini terdengar aneh, tapi Into the Dead ngajarin aku beberapa hal juga.

  1. Jangan panik saat terdesak. Sama kayak di hidup nyata, kadang kita dihadapkan pada situasi sulit. Kalau panik, kita bakal ambil keputusan buruk. Tapi kalau tenang, kita bisa nyari celah.

  2. Konsistensi lebih penting dari kecepatan. Di game ini, kalau kamu asal lari cepat tapi nggak hati-hati, kamu mati cepat. Sama kayak ngejar impian — harus konsisten dan cermat.

  3. Hidup itu kadang soal bertahan. Kadang bukan soal siapa yang tercepat atau terkuat, tapi siapa yang paling tahan banting dan bisa terus maju meski dalam ketakutan.

Layak Dicoba Nggak?

Kalau kamu pecinta game zombie, survival, atau sekadar pengen main game yang bisa bikin adrenalin naik dalam waktu singkat, Into the Dead wajib kamu coba. Bahkan untuk gamer pemula sekalipun, game ini tetap menyenangkan.

Tapi ya… jangan main tengah malam sendirian, apalagi pas mati lampu. Kecuali kamu emang suka tantangan

Evolusi Game: Dari Into the Dead ke Into the Dead 2

Setelah puas main Into the Dead yang pertama, rasa penasaranku pun membawaku ke sekuelnya: Into the Dead 2. Wah, bisa dibilang ini kayak nonton film action yang punya versi deluxe-nya!

Kalau di versi pertama fokusnya adalah endless run (lari sejauh mungkin tanpa mati), di Into the Dead 2, mereka tambahin alur cerita. Iya, ada cerita! Kita nggak cuma lari karena takut, tapi karena kita punya tujuan: menyelamatkan keluarga. Jadi emosinya lebih dapet. Kita merasa ada sesuatu yang harus dilindungi.

Selain itu, Into the Dead 2 juga memperkaya pilihan senjata, anjing pendamping, dan mode gameplay. Ada misi harian, event spesial, bahkan kolaborasi khusus kayak event Night of the Living Dead. Menurutku, ini peningkatan yang luar biasa dari seri pertamanya. Tapi tetap aja, versi pertama punya tempat spesial karena kesederhanaannya yang mematikan.

Perbandingan Into the Dead dan Game Zombie Lain

Sebagai penggemar genre zombie, aku juga pernah main beberapa game sejenis. Nah, berikut sedikit perbandingan dari pengalamanku:

Game ZombiePlatformKelebihanKekurangan
Into the DeadMobile/PCAtmosfer mencekam, kontrol simpel, adiktifTidak ada cerita
Into the Dead 2Mobile/PC/SwitchAda storyline, senjata lengkapLebih berat di HP spek rendah
Dead TriggerMobileVisual keren, banyak senjataTerlalu action, kurang atmosfer
Last Day on EarthMobileSurvival kompleks, craftingButuh waktu lama dan sabar
The Walking Dead: GameMulti-platformCerita kuat, pilihan moralKurang aksi cepat

Dari semua itu, kalau kamu cari game zombie dengan ketegangan instan, tetap Into the Dead yang paling aku rekomendasikan.

Alasan Aku Terus Balik Main Into the Dead

Sampai hari ini, walau banyak game baru bermunculan, aku masih sesekali balik main Into the Dead. Rasanya seperti nostalgia dan terapi. Kadang aku main 5–10 menit di sela kerja atau saat lagi nunggu anak pulang sekolah.

Kenapa?

  1. Nggak ribet – Sekali klik langsung main. Nggak ada loading panjang atau tutorial ribet.

  2. Stres release – Lari dari zombie sambil tembak-tembakan itu entah kenapa bikin lega.

  3. Kompetitif secara sehat – Skor teman bisa jadi motivasi buat terus coba kalahin mereka.

  4. Sensasi ketegangan singkat – Pas butuh game singkat tapi bikin jantung berdebar, ini pilihan tepat.

Ada hal unik juga: aku pernah main bareng murid di sekolah (tentu di jam istirahat ya, dan mereka malah jadi ketagihan. Katanya, “Pak, ini game horor tapi seru!” Bahkan ada yang akhirnya bikin konten YouTube walkthrough-nya.

Baca juga artikel menarik lainnya tentang Crash Bandicoot: Game Jadul yang Nggak Pernah Basi disini

About The Author