
Aku masih ingat pertama kali menonton The Queen’s Gambit di Netflix pada akhir tahun 2020. Saat itu, dunia sedang terjebak dalam masa pandemi, dan aku, seperti banyak orang lainnya, mencari hiburan di layar kecil. Tidak kusangka, serial tentang seorang gadis jenius catur bernama Beth Harmon justru membuatku terpikat, bukan hanya karena ceritanya yang brilian, tapi karena sosok pemeran utamanya — Anya Taylor-Joy. Matanya yang tajam, ekspresinya yang lembut tapi misterius, dan cara bicaranya yang khas, membuatku merasa seolah sedang menyaksikan bintang besar lahir di depan mata.
Dan memang benar, sejak saat itu, nama Anya Taylor-Joy seakan menjadi sinonim dengan keanggunan eksentrik. Kariernya melesat cepat, dan ia kini dikenal sebagai salah satu aktris paling berbakat, unik, dan berpengaruh di Hollywood.
Awal Kehidupan: Perpaduan Budaya yang Membentuk Kepribadian

Anya Josephine Marie Taylor-Joy lahir pada 16 April 1996 di Miami, Florida, Amerika Serikat. Namun, kisah hidupnya jauh dari sederhana. Ia dibesarkan di lingkungan internasional — ayahnya berdarah Argentina-Inggris, sedangkan ibunya memiliki keturunan Inggris-Spanyol. Saat masih kecil, Anya pindah ke Buenos Aires, Argentina, dan tumbuh di sana hingga usia enam tahun. Karena itu, bahasa pertamanya bukanlah Inggris, melainkan Spanyol.
Namun, hidup membawanya kembali ke London, Inggris, tempat ia akhirnya tumbuh besar dan memulai perjalanannya di dunia seni peran. Ia sempat mengalami masa sulit beradaptasi karena tak bisa berbahasa Inggris dengan lancar. “Aku menolak belajar bahasa Inggris selama dua tahun,” katanya dalam sebuah wawancara, mengenang masa kecilnya. Tapi justru dari perjuangan itulah, muncul ketangguhan yang kelak akan membantu kariernya di Hollywood Wikipedia.
Dari Model ke Aktris: Awal Perjalanan di Dunia Hiburan
Kisah bagaimana Anya masuk ke dunia akting juga cukup menarik. Saat berusia 16 tahun, ia sedang berjalan-jalan di kawasan Knightsbridge, London, ketika seorang agen model menawarinya kesempatan untuk bergabung di dunia modeling. Awalnya, ia hanya berniat mencoba-coba. Namun, dari dunia modeling itulah, ia akhirnya dilirik oleh agen film.
Debut akting Anya datang melalui serial televisi “Endeavour” (2014), meski hanya tampil sebentar. Tapi siapa sangka, dua tahun kemudian, ia langsung mendapat perhatian dunia lewat film “The Witch” (2015) garapan Robert Eggers. Film horor dengan latar abad ke-17 itu menampilkan akting luar biasa dari Anya sebagai Thomasin, gadis muda yang hidup di tengah keluarga Puritan yang diteror kekuatan supranatural.
The Witch bukan hanya film debutnya di layar lebar, tetapi juga menjadi loncatan besar dalam kariernya. Banyak kritikus memuji penampilannya sebagai “menakutkan tapi menawan.” Dari situ, nama Anya mulai sering terdengar di festival film dan media hiburan.
Membintangi Film-Film Ikonik: Dari Split hingga Emma
Setelah sukses besar di The Witch, Anya tak butuh waktu lama untuk menjadi wajah baru Hollywood. Ia kemudian membintangi film “Split” (2016) karya M. Night Shyamalan, di mana ia berperan sebagai Casey Cooke — salah satu gadis yang diculik oleh pria dengan kepribadian ganda. Lagi-lagi, performanya mencuri perhatian. Film itu sukses besar di box office dan membawanya kembali dalam sekuelnya, “Glass” (2019).
Namun, Anya bukan tipe aktris yang ingin terjebak dalam satu genre. Ia terus bereksperimen. Dalam “Thoroughbreds” (2017), ia tampil sebagai gadis muda kaya raya dengan sisi gelap, sementara dalam “Emma” (2020), ia memerankan karakter klasik dari novel Jane Austen dengan gaya yang elegan dan penuh humor.
Banyak orang yang mengenal Anya lewat The Queen’s Gambit, tapi sebenarnya, reputasinya sebagai aktris serba bisa sudah terbentuk jauh sebelumnya. Ia dikenal karena kemampuannya menampilkan karakter kompleks dengan cara yang halus namun kuat. Entah ia memerankan gadis pemalu, jenius catur, atau penyihir muda, selalu ada nuansa misterius dan magnetik yang melekat pada dirinya.
The Queen’s Gambit: Titik Puncak Popularitas Dunia
Ketika Netflix merilis The Queen’s Gambit pada tahun 2020, tak ada yang menduga serial itu akan menjadi fenomena global. Ceritanya tentang Beth Harmon, seorang anak yatim piatu yang jenius dalam permainan catur, berhasil menyihir jutaan penonton di seluruh dunia.
Anya Taylor-Joy memerankan Beth dengan luar biasa. Ia berhasil memadukan kejeniusan, kesepian, dan ketergantungan yang dialami tokohnya secara begitu manusiawi. Tidak heran, perannya itu membuatnya memenangkan banyak penghargaan bergengsi, termasuk Golden Globe untuk Best Actress in a Limited Series dan nominasi di Emmy Awards.
Menariknya, serial ini juga berdampak besar di luar dunia film. Penjualan papan catur meningkat pesat di seluruh dunia, dan banyak orang mulai belajar bermain catur setelah menonton The Queen’s Gambit. Itu bukti nyata betapa kuat pengaruh Anya sebagai sosok sentral dalam karya tersebut.
Pesona Unik dan Citra Diri yang Khas
Anya bukan hanya dikenal karena aktingnya, tapi juga karena penampilannya yang tak biasa. Dengan mata besar yang tajam, tulang pipi tegas, dan aura misterius, banyak yang menyebut wajahnya “seperti karakter dari lukisan klasik.” Bahkan, beberapa desainer mode menjadikannya ikon baru dalam dunia fashion modern.
Ia sering tampil dalam kampanye merek besar seperti Dior, Viktor & Rolf, dan Jaeger-LeCoultre. Tapi meski sudah menjadi wajah papan atas, Anya tetap rendah hati. Dalam beberapa wawancara, ia mengaku masih sering merasa “aneh” dengan penampilannya dan tidak menganggap dirinya cantik dengan standar Hollywood. Justru kejujuran dan keunikannya itulah yang membuat banyak orang mengaguminya.
Kiprah di Dunia Film Modern: Dari The Northman hingga Furiosa
Setelah sukses besar dengan The Queen’s Gambit, karier Anya terus melejit. Ia kembali bekerja dengan sutradara The Witch, Robert Eggers, dalam film epik Viking “The Northman” (2022) bersama Alexander Skarsgård dan Nicole Kidman. Di film itu, Anya menunjukkan kekuatan aktingnya dalam suasana yang lebih brutal dan emosional.
Kemudian, ia tampil dalam film horor-komedi “The Menu” (2022) bersama Ralph Fiennes. Perannya sebagai Margot — seorang wanita misterius yang menghadapi koki psikopat — menuai banyak pujian karena karakternya yang cerdas dan kuat.
Namun, proyek paling ambisius Anya datang pada tahun 2024–2025, ketika ia membintangi “Furiosa: A Mad Max Saga”, prekuel dari film legendaris Mad Max: Fury Road. Dalam film ini, ia memerankan versi muda dari Furiosa — karakter yang dulu diperankan Charlize Theron. Film tersebut menjadi bukti bahwa Anya bukan sekadar aktris drama, tapi juga bisa menjadi action star yang tangguh.
Kehidupan Pribadi yang Tertutup tapi Hangat
Berbeda dengan banyak selebritas yang gemar memamerkan kehidupan pribadinya, Anya memilih untuk menjaga privasinya rapat-rapat. Ia jarang mengumbar hubungan asmara atau kehidupan sehari-hari di media sosial. Namun, pada tahun 2022, publik mengetahui bahwa ia menikah secara diam-diam dengan Malcolm McRae, seorang musisi dari band More.
Meski dikenal tertutup, Anya sering berbicara tentang pentingnya keluarga dan keseimbangan hidup. Ia menyebut bahwa dukungan keluarga dan sahabat adalah sumber kekuatannya dalam menghadapi tekanan industri hiburan.
Anya Taylor-Joy dan Dunia Fashion: Ikon Gaya yang Tak Terbantahkan
Selain sebagai aktris, Anya juga dikenal sebagai fashion darling dunia modern. Ia sering tampil di karpet merah dengan busana yang memadukan unsur klasik dan futuristik. Gayanya yang elegan namun berani membuat banyak desainer berlomba-lomba meminangnya sebagai duta merek.
Dalam acara Met Gala, misalnya, ia selalu berhasil mencuri perhatian dengan gaun bernuansa drama, lengkap dengan sentuhan misterius yang khas. Majalah seperti Vogue, Elle, dan Harper’s Bazaar bahkan sering menobatkannya sebagai salah satu wanita berpakaian terbaik di dunia hiburan.
Baca fakta seputar : Biography
Baca juga artikel menarik tentang : Gigi Hadid: Perjalanan Karier, Kehidupan Pribadi, dan Inspirasi Dunia Fashion






