
Saya tuh bukan tipe orang yang gampang jatuh cinta sama makanan. Tapi entah kenapa, sejak pertama kali nyicip gado-gado telur, rasanya kayak… klik. Ada sesuatu yang pas banget di lidah. Gado-gado udah enak, tapi waktu dikasih tambahan telur—baik itu rebus atau telur dadar iris tipis—wah, rasanya jadi naik kelas.
Dulu, saya kira gado-gado itu cuma Culinary ngasal buat yang nggak sempat masak. Tapi saya salah besar. Ternyata, gado-gado telur ini punya banyak cerita dan keunikan yang bikin saya gak pernah bosen makan, bahkan sampai sekarang. Apalagi kalau sambalnya dibuat sendiri—itu bisa jadi pembeda antara “gado-gado biasa” dan “gado-gado yang bikin lo rela antre dua kali.”
Waktu kecil, ibu saya sering masak gado-gado tiap Jumat. Tapi baru pas saya tinggal sendiri, saya sadar: gado-gado telur itu bukan cuma makanan—dia penyelamat. Bisa dimakan kapan aja, nggak ribet, dan tetap berasa “Indonesia banget.”
Keunikan Gado-Gado Telur yang Sering Diremehkan
Kalau kamu pikir gado-gado telur itu cuma sayur rebus + bumbu kacang + telur, ya… secara teknis benar. Tapi sebenernya lebih dari itu. Keunikannya terletak di Cookpad:
Kesederhanaan yang kompleks.
Saya pernah coba bikin sendiri. Kirain gampang. Tapi ternyata, kalau salah rebus sayur dikit aja—misal kolnya terlalu lembek atau kentangnya terlalu keras—rasanya langsung aneh. Padahal ini makanan simpel, tapi harus presisi. Itulah seni dari gado-gado telur.Fleksibilitas yang bikin bebas berkreasi.
Mau pakai telur rebus? Bisa. Telur ceplok setengah matang? Uh, meleleh di mulut! Telur dadar yang digulung dan diiris tipis? Cocok buat yang suka tekstur crunchy dikit. Bahkan beberapa warung di dekat rumah saya ada yang tambahin telur asin—unik banget!Bumbu kacang sebagai pusat gravitasi.
Ini bagian yang sering orang anggap sepele. Padahal bumbu kacang itu kayak… jantungnya. Ada yang pakai campuran gula merah dan petis, ada yang suka ditambah perasan jeruk limau. Saya pernah coba satu versi di Blitar yang dikasih terasi—nendang banget!Penyajian yang bikin kaget.
Di daerah saya dulu, gado-gado telur kadang disajikan dengan lontong, kadang pakai kerupuk mie, bahkan ada yang kasih taburan bawang goreng dan remukan emping. Setiap versi punya ciri khas sendiri. Dan yang bikin seru? Semua tetap bisa disebut “gado-gado telur”.
Kelezatan yang Gak Cuma Tentang Rasa
Rasa memang penting. Tapi gado-gado telur punya daya tarik lebih dari sekadar rasa.
Saya ingat satu kejadian lucu waktu di sekolah. Salah satu murid saya bawa bekal gado-gado telur. Harumnya nyebar ke sekelas. Satu kelas jadi laper semua. Bahkan saya pun sampai ngiler. Akhirnya, setelah jam pelajaran selesai, saya langsung ke warung dekat sekolah cuma buat beli gado-gado.
Kelezatannya tuh bukan cuma dari lidah, tapi dari rasa hangat dan nostalgia yang dibawanya.
Bumbu kacangnya gurih-manis, kadang pedas kalau diminta.
Sayurannya segar, tekstur kentang yang empuk, tahu dan tempe yang menyerap bumbu.
Telurnya menambah kedalaman rasa. Nggak lebay, tapi bikin “nendang”.
Dan tahu gak? Gado-gado ini juga enak dimakan dingin. Suatu kali saya simpan sisa makan siang di kulkas, dan malamnya saya makan lagi tanpa dipanaskan. Masih enak! Bumbu kacangnya justru lebih meresap ke tahu dan tempe. Kelezatan yang fleksibel, itu jarang ditemukan di makanan lain.
Kenapa Banyak Orang Suka Gado-Gado Telur?
Setelah ngobrol dengan beberapa teman, saya sadar ternyata gado-gado telur itu disukai karena alasan yang sangat manusiawi. Bukan cuma karena murah atau kenyang.
Bisa jadi menu sehat tanpa kehilangan rasa.
Banyak orang yang pengen makan sehat tapi takut rasanya hambar. Nah, gado-gado itu jawabannya. Sayur-sayuran seperti kangkung, kol, tauge, wortel rebus… semuanya penuh serat. Tapi dibalut sama bumbu kacang, jadi tetep lezat.Mudah ditemukan, harga bersahabat.
Gado-gado telur itu makanan rakyat. Di Jakarta, Bandung, Surabaya, sampai Makassar—ada semua. Bahkan di pelosok desa pun biasanya ada satu warung yang jual. Dan harganya? Terjangkau! Bahkan dengan tambahan telur, masih masuk akal di kantong anak kos.Cocok untuk segala usia.
Anak-anak suka karena manis. Orang tua suka karena sehat. Saya pribadi suka karena bikin kenyang dan gak ribet. Semua umur bisa menikmati, dan itu bikin gado-gado jadi “makanan lintas generasi”.Cita rasa Nusantara yang kuat.
Gado-gado itu mewakili kekayaan kuliner Indonesia. Bumbu kacangnya bisa beda-beda tiap daerah, tapi semuanya tetap mengakar pada rasa Indonesia yang khas: gurih, manis, sedikit pedas, dan penuh rasa.
Tips Menikmati dan Membuat Gado-Gado Telur Sendiri
Setelah bertahun-tahun jadi “penikmat pasif,” saya mulai belajar bikin sendiri. Dan dari proses itu, saya dapat beberapa tips yang bisa banget kamu coba kalau pengen hasilnya maksimal:
Tips Membuat Gado-Gado Telur:
Gunakan bumbu kacang segar.
Jangan pakai instan kalau bisa. Kacang tanah digoreng sendiri, lalu diuleg dengan bawang putih, cabe rawit, gula merah, sedikit asam jawa, dan garam. Peras jeruk limau biar aromanya naik.Sayur jangan direbus terlalu lama.
Wortel dan kol bisa langsung direbus sebentar 2–3 menit. Kangkung cukup dicelup air panas. Tauge cukup direndam sebentar. Tujuannya supaya tetap crunchy.Telur bisa dikreasikan.
Rebus setengah matang? Enak. Telur ceplok dengan pinggiran renyah? Nggak kalah nikmat. Tapi favorit saya: telur dadar tipis, digulung, dan diiris seperti topping ramen.Kerupuk adalah pelengkap wajib.
Mau kerupuk merah-putih, kerupuk mie, atau emping—semua sah! Gado-gado tanpa kerupuk kayak kopi tanpa gula.
Pelajaran dari Sepiring Gado-Gado Telur
Saya pernah berpikir kalau makanan mahal itu pasti lebih enak. Tapi setelah cukup umur dan ngelewatin berbagai macam jenis makanan, saya sadar: gado-gado telur punya filosofi hidup.
Kesederhanaan bisa luar biasa.
Kita nggak butuh hal mewah untuk bahagia. Sepiring gado-gado, dimakan bareng keluarga atau teman, itu udah cukup bikin hari terasa lebih baik.Keberagaman itu indah.
Sama seperti sayuran yang beda-beda tapi berpadu harmonis, hidup juga butuh warna yang beragam. Kita bisa belajar dari gado-gado tentang pentingnya harmoni di tengah perbedaan.Proses itu penting.
Meskipun bahannya sederhana, tapi kalau asal-asalan bikinnya, hasilnya juga gak maksimal. Gado-gado ngajarin saya buat sabar dan teliti, bahkan dalam hal yang kelihatannya simpel.
Gado-Gado Telur, Cinta yang Nggak Pernah Mati
Kalau ditanya makanan favorit saya, mungkin saya bakal jawab banyak. Tapi kalau ditanya makanan yang paling konsisten bikin saya senyum setiap kali makan, ya… jawabannya gado-gado telur.
Ini bukan soal nostalgia doang. Tapi karena gado-gado telur itu jujur. Nggak neko-neko. Dan yang paling penting: selalu bisa diandalkan.
Jadi, kalau kamu belum pernah coba, saya saranin banget. Cari warung gado-gado terdekat. Atau kalau mau lebih seru, coba bikin sendiri. Kamu mungkin akan jatuh cinta seperti saya dulu.
Dan kalau udah jatuh cinta? Percayalah—itu cinta yang nggak gampang hilang.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Telur Mata Sapi Semur: Masakan Sederhana yang Rasanya Gak Main-Main Resep disini